Mikasa bilang konsep jodoh seperti perdebatan kusir tentang gelas yang berisi setengah penuh atau setengah kosong. Enggak ada yang mau dicap hanya separuh selama belum saling menemukan. Padahal Raya dan Mika tidak pernah utuh sedari awal. Tidak pernah utuh sebagai satu. Entah hanya setengah, seperlima, tujuh per delapan. Bukankah manusia memang diciptakan seperti itu? Mempunyai sisi berliku yang hanya bisa genap oleh kepingan jiwa lain dengan sisi berliku yang berbeda? Entahlah. Mika selalu memoles dan mengasah sisi itu dengan sendirinya. Menafikan eksistensi kepingan Raya yang mungkin terlalu tajam baginya. Atau mungkin Mika memang tidak cukup menggenapkan separuh yang telah Raya miliki.