LANGIT SENJA

Awan putih sudah berganti menjadi kelabu, cuaca menjadi sangat dingin membuat tubuh meringkuk gigil, kemudian aku berdiri melangkahkan kaki menuju sofa yang berada didekat jendela ruang kamarku. Ternyata di luar hujan sudah turun dengan derasnya. Hanya jendela kayu yang berukuran tinggi 100 cm dan lebar 100 cm menjadi pembatas antara tubuhku dan hujan. Aku sangat menyukai hujan, bagiku hujan adalah nikmat Tuhan yang tidak terbantahkan. Disaat hujan pikiranku mampu menghasilkan diksi - diksi yang aku tuangkan di buku dengan kertas yang berwarna hitam. Tinta pulpen yang aku gunakan berwarna emas dan perak. Terkadang aku juga suka menari di bawah rinai rujan yang berjatuhan ke bumi, hanya saja langit melarangku untuk melakukan hal itu bukan karena langit tidak setuju dengan hal yang aku sukai. Hanya saja langit khawatir aku menjadi kedingingan setalah hujan - hujanan kemudian jatuh sakit.
Drrrt..Drrrrtttt...