"Udah yakin 'kan buat ditato?" "Yakin." "Jangan nyesel." "Nggak ada apa-apanya dibanding apa yang udah dirajah idup ke diri gue." Wanita itu, Char, seketika menatap dengan mata indahnya yang tajam. "Kenapa?" Harnell bertanya. Dan untuk kesekian kali, seringai Char yang memang begitu manis samar terlihat di wajahnya. "Shit, itu kata-kata gue." Harnell tertawa pelan. "Oh ya?" Char, memiliki alasan tersendiri mengapa dia hanya mengerjakan tato khusus untuk pelanggan perempuan. Namun, bagi Harnell, chef muda yang berjumpa dengannya di suatu kesempatan, alasan Char menolak pelanggan laki-laki cukup menggelitik selain fakta bahwa wanita seniman tato itu memiliki paras yang cantik. Pertemuan-pertemuan yang terjadi tanpa kesengajaan di antara keduanya membawa mereka pada satu hari yang panjang dan Char berhutang jasa pada Harnell. Dan, memanfaatkan tawaran sang wanita, Harnell meminta Char untuk mentatonya sebagai tanda terima kasih. Andai tidak ada jasa yang harus dibayar, Char bisa saja menolak. Selain karena dia tidak menyukai ide itu, dia juga tidak menyukai bagaimana Harnell mulai menjejakkan langkah ke dalam hidupnya dan menyentuh lembar-lembar kelam yang dia simpan rapat. --------------INK-------------- Dipublikasikan pertama kali pada 26 Juni 2019 ps: cerita ini mengandung emotional trigger, mention of suicide, dan adegan seks eksplisit. Reader dengan post-traumatic stress disorder, anxiety, dan sebagainya, mohon dipertimbangkan kembali sebelum membaca cerita ini. Terima kasih.