Istana SaMaWa {HIATUS}

"Kalian dari mana aja?"

Rahmi menatap Tyas yang juga menatapnya. Mereka lebih memilih duduk dahulu sebelum bertanya.

"Kamu kenapa lagi? Kesal lagi sama pak guru ganteng itu?"

Zahira mengangguk dengan cepat. Ia menarik kursinya untuk lebih dekat dengan meja. Lalu, menatap dalam Rahmi dan Tyas.

"Aku harus bagaimana?" tanyanya sendu.

Wajahnya terlihat lesu. Semalaman tidak bisa tidur karena Malik.

"Kenapa lagi sama dia?" Tyas bersuara.
Kali ini Zahira menggeleng. Rahmi dan Tyas semakin dilanda kebingungan.

"Bukan dia, tapi aku."

Zahira menggigit bibirnya. Antara ragu
dan iya untuk menceritakan masalahnya kali ini. Ia merasa masalah kali ini cukup pribadi. Tapi, Zahira membutuhkan saran sahabat-sahabatnya untuk mencari solusi.

"Semalam aku dan Malik tidur bersama dalam satu ranjang."

Zahira memberanikan diri untuk memulainya. Baru saja dia ingin melanjutkan, suara Tyas sudah memotong lebih dulu.

"Kamu yakin mau cerita tentang 'itu' pada kami?"
Tuh, kan. Zahira sudah menduganya. Rahmi dan Tyas akan salah memahami.

"Bukan, bukan tentang 'itu' tapi tentang aku. Aku merasakan kami begitu dekat semalam. Sangat dekat." Antusiasme Zahira dalam bercerita mulai keluar. Ia sudah tidak tahan untuk tidak menceritakannya pada Rahmi dan Tyas. Sebenarnya juga dengan Rania. Tapi, perempuan bercadar itu entah kemana dan Zahira tidak ingin mengetahuinya.

"Hatiku bergetar saat dia memelukku diam-diam." Cicitnya. Zahira hised koikit malu saat menceritakan bagian yang ini. "Tidak hanya memeluk, sebelumnya dia juga menatapku. Sangat dalam. Dan ketika aku menutup mata, aku kira dia juga akan tidur. Tapi ternyata tidak. Dia malah memelukku, Mi, Yas. Kalian tahu apa yang aku rasakan? Tubuhku seperti membeku. Dan saat aku membuka mata untuk memastikan dia sudah tidur apa belum, hatiku malah tertegun melihat wajahnya yang terpejam tanpa kaca mata. Ganteng sekali!" pekiknya.