Tuhan ketika menciptakan Rafisqi Sandy Mavendra:
"Berkahi dia wajah tampan yang mampu mempesona kaum hawa."
"Lengkapi dengan otak yang kecemerlangannya di atas rata-rata."
"Biarkan dia terlahir sebagai anak dari keluarga terpandang yang kaya-raya."
"... oh? Sepertinya terlalu sempurna."
"Kalau begitu, limpahkan banyak kekacauan dalam hidupnya."
***
Jika manusia diibaratkan barang yang selalu diproduksi secara massal, maka tidak heran akan ada satu atau dua produk gagal.
Dan Rafisqi merasa dialah salah satunya.
Terlalu takut merasa kehilangan. Terlalu gampang terpancing secara emosional. Terlalu susah mengendalikan diri sendiri. Terlalu tidak stabil. Terlalu berbahaya.
Dulu seseorang pernah memberitahunya kalau tidak ada seorang pun yang terlahir rusak, bahwa semua punya kadar kesempurnaan masing-masing, dan "you are just you". Rafisqi ingin sekali percaya, tetapi lagi-lagi monster dalam dirinya membuat semua jadi berantakan. Mungkin memang sudah takdirnya menjadi barang cacat yang, untungnya, dilapisi kemasan bagus yang terkesan sempurna.
Rafisqi pikir menarik diri selama-lamanya adalah jalan keluar terbaik. Sayangnya, hidup adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti. Sejauh apa pun dia menghindar dan sebanyak apa pun waktu yang berlalu, dia selalu kembali ke tempat yang sama dan bertemu gadis yang tidak seharusnya dia temui lagi.
* * *
✨Selamat datang di dunia Rafisqi✨
⚠️ Disarankan untuk terlebih dahulu mengunjungi dunianya Naura di work "Impossible Possibility".
=================================
Mulai : 7 September 2019
Selesai : 13 Oktober 2020
=================================
#AuthorNote
If you reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, You're very likely to be at risk of a MALWARE ATTACK. If you wish to read this story in it's ORIGINAL, SAFE, FORM, PLEASE GO TO:
https://my.w.tt/V2cvtAdFF7
PERFECTLY IMPERFECT
ⓒ2019, mutiateja
"Kalau mau minta wawancara khusus apalagi minta putus ...." Jeda sesaat. Ilyas tersenyum menatap lawan bicaranya. "Syaratnya, kita harus kencan seharian. Masa, selama jadian kita nggak pernah jalan? Padahal kamu yang nembak, biarpun kamu sering pura-pura amnesia."
Gara-gara ulah sahabat yang memakai nama dan telepon genggamnya untuk menyatakan cinta kepada seorang idola, Inara yang kena getahnya: ia terpaksa jadian dengan vokalis songong itu!
Padahal, jurnalis remaja itu sudah jatuh hati kepada suara muazin yang kerap didengarnya setiap Sabtu malam ataupun Minggu subuh. Kalau boleh membandingkan, suara Ilyas yang seperti kaleng rombeng itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan suara muazin yang ia idolakan. Jauuuh sekali.
Terlebih, dalam bayangan Inara, pemilik suara semerdu dan semenenangkan itu pasti tak hanya sekadar tampan sebagaimana Ilyas yang hanya bermodal 'bisa bikin cewek-cewek mimisan'. Bukan pula om-om, bapak-bapak, atau bahkan kakek-kakek seperti dugaan sahabatnya.
Mungkin, Inara lupa sesuatu. Bukankah vokalis dan muazin sama-sama berurusan dengan suara?