19 parts Complete "Saya terima nikah dan kawinnya, Aina Talita Zahran binti alm Agus Zahran dengan maskawin tersebut tunai," ucapnya mantap dan tegas.
Setelah kata 'sah' terdengar dan doa terucap, wanita yang kini bersandang sebagai istri itu hanya menundukkan kepala menahan tangis yang keluar.
Tidak ada pesta meriah menyambut mereka, tidak ada gaun indah yang dipakai, tidak ada tukar cincin, tidak ada penanda tanganan buku nikah, tidak ada acara sungkem kepada kedua orang tua ataupun sorak sorai pemberian selamat kepada pasangan itu. Hanya ada luka yang ditorehkan oleh pernikahan ini.
Hanya ada mereka bertujuh di rumah bergaya modern ini. Aina, penghulu, wali nikah, dua saksi dan pria yang baru saja berstatus suami yang bernama Bazyli Runako Arsenio dan wanita yang duduk di belakang kami, Mentari Aulia Sandy sang istri pertama yang sah dimata agama dan hukum.
Sang suami mengantarkan penghulu dan wali nikah sampai depan. Setelah kepergian mereka Aina mencoba mendekati Mentari.
"Kak," ucapnya lirih.
"Aku melakukan semuanya karena aku membutuhkan rahim kamu. Kita akan segera melakukan bayi tabung, setelah itu kalian akan bercerai," ucapnya dingin menatap lurus kedepan.
"Kak, aku...."
"Kamu udah berjanji padaku Aina. Setelah anak itu lahir kamu harus meninggalkan Indonesia dan carilah kebahagianmu sendiri."
"Kak, aku...."
"Jangan pernah langgar kontrak yang kita buat. Aku tidak akan segan-segan menyeretmu ke penjara."
Mentari bangun dari duduknya, kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar utama rumah ini.
Aina yang hanya ditinggal sendiri, hanya menangis. Sakit, hatinya sangat sakit ketika melihat orang yang sudah dianggap kakaknya sendiri itu telah berubah, tidak ada kehangatan dan senyum yang selalu diberikan padanya. Seandainya saja dia tidak pernah bertemu dan jatuh cinta dengan Zico mungkin semuanya tak akan pernah terjadi.
Ini salahnya, salah karena menerima kontrak itu.
27 Oktober 2016