Hidupnya penuh ketersediaan, tak ada kekurangan sedikitpun. Keluarganya lengkap dan harmonis tanpa ada celah sedikitpun untuk dapat dihancurkan. Memiliki banyak orang yang tulus sayang dengannya. Namun, dibalik kesempurnaan pastilah ada kekurangan. Dibalik kesempurnaan yang ia miliki, hidupnya kini tengah dalam ambang kematian dan ia juga tak bisa merasakan masa remaja seperti remaja pada umumnya. Ia tidak bisa tenang dalam tidur dan juga tak bisa tenang dalam kesehariannya. Melka Abdina Irmanuel, seorang gadis remaja cantik. Di umurnya yang masih remaja ini, ia tidak bisa hidup tenang seperti remaja pada umumnya. Hidupnya kini berada diambang kematian, ia tak bisa menikmati masa remajanya dengan indah dan tenang. Melka lebih senang menyembunyikan masalahnya sendiri dan ia tidak berusaha mencari tau lebih lanjut siapa yang telah berbuat tak baik dengannya. Hingga suatu ketik ia bertemu dengan seseorang yang berhasil membuat kehidupannya berubah. Rekatama Zalki Argantara, pemuda tampan yang memiliki ambisi yang kuat dan prinsip yang tegas. Ia bertekad mencari tau sampai akarnya siapa yang sudah membuat hidupnya dan orang yang ia sayangi menderita. Ia berbeda dengan Melka, ia tak akan pernah bisa diam atas segala yang terjadi padanya. "Mel, lo itu obor dan gue apinya. Kita ditakdirkan untuk saling melengkapi, memberi cahaya pada kegelapan. Tanpa lo hidup gue kurang greget, dan tanpa gue hidup lo kurang manis." "Manis dari mana ? Tiap hari gue jantungan lo pikir manis dari mana Tama ?" "Jawab iya kenapa sih Mel ? Asal lo tau nih ya. Gue semaleman mikir kata-kata gituan. Lo tau sendiri lah gue jijik ngomong kek begituan. Ini gue lakuin demi lo tau." "Sorry gak nanya. Kalo lo emang gak romantis gak usah sok diromantis-romantisin deh. Jijik gue." "Jijik gini tapi pipi lo merah. Hahaha." Takdir bukanlah manusia yang mengatur. Manusia hanyalah pemain, bumi sebagai panggung, dan Tuhan sebagai sutradaranya.