Abdul mengumandangkan azan. la ingat kata-kata bapaknya, dalam keadaan menakutkan di laut, kuman
dangkanlah azan untuk memohon pertolongan Allah. Toni, Demung, dan Budin pun berseru-seru, "Allahu akbar! Allahu akbar!"
"Astaghfirullah al azim!Allahu akbar!" Angin dan air seperti diaduk-aduk oleh tangan kuat yang tidak tampak. Gelap menyelubungi mereka Kepanikan dan ketakutan, akhirnya membuat mereka pasrah kepada Yang Kuasa. Namun, usaha terus diker-jakan. Abdul terus memegang kemudi. Demung dan Budin terlempar ke kiri dan ke kanan, tetapi tangan mereka terus juga membuangi air dari dalam perahu sedapat-dapatnya. Dua tiga ember yang mereka buang, sejumlah besar pula yang ditumpahkan gelombang dari kiri dan kanan perahu
Pakaian mereka telah basah kuyup. Dasar perahu telah digenangi air. Semua itu hanya berdasarkan pera-
saan pada kulit mereka sendiri. Mata mereka tidak me lihat apa-apa karena gelapnya keadaan. Atau, mungkin
juga karena kacaunya pikiran mereka Entahlah, Abdul tidak mau memikirkan hal itu.
Tiba-tiba, Abdul merasa perahu seperti diangkat tinggi. Lama rasanya diayun-ayun gelombang laut di tempat tinggi itu. Sesudah itu, perahu bagaikan dihem-paskan keras-keras ke bawah. Seolah-olah, di bawah landasan perahu hanyalah lubang kosong saja. Setelah
itu, Abdul merasa siraman air yang kuat dari kiri, kanan, depan, dan belakang. Menurut perkiraannya, perahu akan terbenam karena tertimbun air sebanyak itu.
Tak lama kemudian bunyi derakan yang keras terde-ngar, perahu terguncang kuat, lalu gelap sama sekali Samar-samar, Abdul merasakan dingin yang amat sangat. Akhirnya, ia tidak merasakan apa-apa lagi.
Hal yang pernah Rafa sesali dalam hidupnya, yaitu menaruh harapan pada seseorang yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dibenci, dihina dan disakiti baik fisik dan batinnya, seakan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi remaja yang berusia 17 tahun itu.
Memangnya apa salahnya?
Dia hanyalah, seorang anak yang ingin merasakan keluarga yang sesungguhnya. Bahkan demi mendapatkan hal itu, dia mengabaikan perasaaannya sendiri dan bahkan menjadi orang jahat. Sehingga membuatnya semakin dibenci.
Rafa menyesal. Menyesal pernah berharap agar suatu hari mereka bisa melihat dirinya sebagai saudara dan seorang anak.