✅ Naskah Puisi-puisinya telah di bukukan tahun 2019
Menjadi manusia (yang seharusnya) dinamis, tentu ada moment hidup yang ingin selalu kita rawat dalam kenangan. Kemudian menjadi kobaran semangat saat melalui berbagai persoalan dan tantangan. Atau setidaknya, akan membuat kita tersenyum geli di satu kesempatan.
Tulisan, rupanya mulai berperan dalam hal itu pada diri saya. Huruf-hurufnya tumbuh dari keresahan. Kata per-katanya muncul dari pergulatan batin. Dan penggambaran penuh atas kegaduhan yang ada di kepala dan hati, akan hidup menjadi kalimat utuh.
Sebagai wakil dari apa yang ingin kita sampaikan, tulisan kadang tak sependapat dengan empunya. Sejak tulisan merengkuh di pelukan pembaca, kadang ia tertuai sebagai makna yang berbeda. Dan itu bukan masalah besar. Karena realita pembaca terkadang sangat tepat dalam menerka jawaban pada tulisan kita atas pertanyaannya sendiri.
Berporos pada penjelasan Eyang Sapardi Djoko Damono bahwa, puisi yang bagus adalah puisi yang mudah dibaca, maka tak ada lagi ungkapan: "aku tak bisa menulis puisi". Saya yakin semua bisa. Karena bekal utama seorang penulis, adalah berani menuliskan kalimat pertamanya.
Bagi saya, yang masih baru saja senang menulis puisi, puisi adalah dunia lain. Tempat saya menaruh penat saat fikiran ingin mengumpat. Ruang paling sunyi kala bisingnya hati. Dan berpuisi adalah ketenangan-kesenangan.
Maka, tidak peduli apakah puisi yang saya buat indah atau tidak, yang saya lakukan hanya terus menuliskan apa yang ingin saya tulis. Masalah pembaca menilainya indah, ya Alhamdulillah. Ada yang tidak suka, ya biasa saja.
Dan Tuan Rumah, adalah satu dari banyak cara saya merelakan sesuatu, mengungkapkan sesuatu. Merekam perjalanan panjang dengan kalimat seadanya.