"Aku sangat mencintainya. Setiap malam aku selalu memikirkannya. Tapi apa dayaku? Di matanya aku hanyalah sahabat yang mungkin sudah dianggap seperti saudara sendiri. Kerap kali aku cemburu ketika dia bersama dengan wanita lain. Namun dia selalu tidak menganggap kegusaran hatiku. Membiarkan aku tenggelam dalam kepedihan, sendirian." "Dia cantik, sejak awal aku memandangnya telah ada rasa yang tak biasa. Matanya selalu mengundang getaran yang mendesirkan darah, mendebarkan jantung, hingga jari-jari bergetar hebat. Tapi rasa hanya sekadar rasa. Aku tak mampu untuk mengungkapkannya. Kedekatan kami tidak seromantis itu. Ada tembok besar berkedok persahabatan yang menghalangi hatiku untuk berbisik ke telinganya. Mungkin hingga kini dia pun hanya menganggapku tak lebih dari sekadar sahabatnya." "Biarlah aku diam, meski sebenarnya sangat ingin mengutarakan. Acapkali, menjadi pembohong itu perlu. Karena memang tidak semua kejujuran itu baik adanya. Mungkin selamanya hanya aku yang tahu tentang perasaan ini. Sudah tekadku. Demi kamu, demi dia. Demi kita."