Disebuah ruangan terdengar isakan dari seorang gadis ia menangis karena dibentak oleh seseorang yang tak lain adalah ayahnya. "Jangan kekanakan kamu Rachel, papah tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap kurang ajar. Kamu pikir pernikahan ini main-main. Persiapan pernikahanmu sudah hampir selesai, dan kamu mau membatalkan begitu saja. Apa kamu mau mempermalukan keluarga kamu?" Dengan tergugu gadis itu berusaha untuk menelan tangisannya yang tidak mau berhenti atas bentakan sang ayah, "Maafkan Rachel pah, pernikahan ini harus dibatalkan aku gak mau menikah dengan laki-laki yang membohongiku dari awal. Dia tega menutupi masalah sebesar ini, aku kecewa aku tidak mau menikahi laki-laki pembohong sepertinya." "Dia berbohong seperti itu karena papah yang menyarankan, jika dia jujur sedari awal mana mungkin kamu mau dikenalkan dengan dia. Kamu pasti bersikap apatis dan menolak dia secara terang-terangan." Suara laki-laki paruh baya itu sudah mulai melunak, sambil memejamkan mata ia mencoba bersabar saat menghadapi sang putri. Gadis itu membelakan matanya sambi menatap marah papahnya, "Jadi sedari awal ini adalah rencana papah semuanya skenario papah, aku tidak menyangka papah tega membohongiku. Kenapa pah, kenapa papah melakukan semua ini? Apa karena aku anak yang tidak diharapkan papah sehingga papah mau menjualku kepada keluarga laki-laki pembohong itu?" Plak, suara tamparan terdengar nyaring dari ruangan itu seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya Rachel menangis begitu kencang melihat sang suami menampar anak gadisnya. "Cukup, hentikan omong kosong mu ini Rachel Vardah Yusra aku tidak akan pernah membatalkan perjodohan ini kamu akan tetap menikah. Walaupun tanpa persetujuanmu." Iapun lalu pergi meninggalkan ruangan itu, Rachel termagu tatapannya kosong begitu mendengar keputusan sang Ayah.All Rights Reserved
1 part