"Saat lampu polaroid berkedip, ada momen ambigu yang terselip."
Bagi Azel Pradipta Putra, Cyra Tsabita adalah bulan paling terang di galaksi bima sakti. Sedang bagi Cyra, Azel tak lain adalah Sirius paling setia di malam-malam paling sepinya.
Azel dan Cyra bersahabat sejak sepuluh tahun yang lalu. Tepatnya saat Azel dan Cyra baru belajar merangkai huruf menjadi kata, lalu kalimat, kemudian membentuk suatu paragraf yang utuh.
Awalnya, persahabatan mereka berjalan dengan mulus. Kekonyolan serta tingkah sembrono Cyra, berbanding terbalik dengan sifat Azel yang bersahaja dan tenang. Benar-benar tak serasi! Bak kata pepatah, bagai air dan api. Azel setenang air, sedang Cyra dan kelakuannya menyambar seperti api.
Persahabatan mereka indah-indah saja, sampai saat keduanya menemukan kalimat-kalimat ambigu di balik belasan foto polaroid milik ayah Azel, yang diambil menggunakan kamera jadul mendiang ayahnya semasa putih abu-abu. Dan sejak saat itu semua berubah. Kehidupan mereka seakan dijungkir-balikkan oleh semesta.