Siapa yang pantas disalahkan pertama kali ketika hati ini terluka? Diri sendiri! Siapa lagi? Aku yang membiarkannya datang dan singgah. Padahal ia hanya bertamu sedangkan aku menganggap lebih dari itu. Hati ini yang merasakan kenyamanan dengan kebaikan dan perhatian darinya. Aku sendiri yang membiarkan perasaan ini tumbuh bersemi tanpa ingin memangkas walau sedikit saja. Lalu menerka-nerka sendiri dan mengartikan semua kebaikan juga perhatiannya adalah bentuk rasa cinta. Hanya demi membuat diri ini bahagia walau sepotong hati tak rela. Sebab tahu semua hanya sia-sia. Bahwa pada kenyataannya aku tak mungkin memilikinya.