Awalnya semua yang aku lalui terasa begitu berat. Karena aku sedang sendirian.
Seolah tak bisa menghadapi segala hal, hingga akhirnya datang seseorang yang bersedia menemaniku berjalan. Bersedia menguatkan saat aku kelelahan, menemani saat kesepian, dan bersedia melakukan apa saja yang menjadi keinginanku.
Begitupun denganku, aku bersedia menuruti apa saja yang ia inginkan.
Dia bersedia mengingatkanku ketika aku melalaikan kewajibanku.
Menguatkanku ketika aku di titik terendah.
Ketika dekat dengannya aku merasa menjadi sebenarnya-benarnya lelaki.
Entah apa saja yang telah aku lakukan, selalu saja membuatnya terkesan.
Ia juga pernah bilang, bahwa aku telah Membuatnya merasa jadi sebenernya-benarnya perempuan, membuatnya merasa selalu di sayangi dan di lindungi.
Menemaninya dari titik terendah, bersedia menampung keluh kesahnya ketika lelah.
Bersedia berlama-lama untuk ia repotkan.
Bersedia mendo'akan setiap hari begitu saja tanpa di minta
Hingga sampai di titik tertinggi dimana ia telah meraih semua keinginannya, meraih kesuksesannya. Berhasil mewujudkan cita-cita kedua orang tuanya. Segala lelah juga perjuangannya terbayar lunas. Dan ia merasa akulah orang yang paling tepat, akulah orang yang paling sabar menemani sepanjang perjalanan.
Kami berdua tahu bahwa kita saling menyayangi, begitu juga sepakat untuk terus bersama.
Aku yakin dia perempuan yang sangat tabah dalam menghadapiku. Perempuan yang tahu segala keburukanku, namun ia berusaha untuk menerimaku. Dengan cara menuntun ku ke arah yang baik dan merubahku dengan cara terbaiknya.
Karena aku masih sering melakukan perjalanan dan mendaki gunung, saat itu aku mencoba untuk berhenti sejenak.
Mengingat karena aku tak selamanya akan berjalan-jalan. Tak selamanya aku akan bepergian.barangkali aku harus fokus pada jalan hidup.
Aku mencoba menahan keinginanku, aku mencoba untuk lebih giat dalam bekerja. Karena aku ingin segera menghalalkannya.