Muhammad Thauq Athallah Dzakir Alauddin. Ia adalah seorang anak lelaki jalanan yang tak pernah menyebutkan mimpinya, dia berpendapat bahwa mimpi itu suratan takdir dari Allah yang maha kuasa, membuat suatu mimpi berarti menyalahi takdir-Nya, dan menurutnya percuma saja bermimpi pada akhirnya yang akan terjadi juga kehendak dari ilahi, jadi jalani dan syukuri semuanya dengan baik. Namun, sepuluh lembar kertas mengubah semuanya, sepuluh lembar kertas yang bisa membuat mimpi menjadi nyata. Bukankah ia tak ingin bermimpi? Itulah mengapa ibunya memberinya nama itu padanya, ia tak pernah tau alasannya, yang ia tau, nama itu memberi kesengsaraan padanya saat mengisi LJK. Ibu dan ayahnya percaya bahwa Thauq adalah anak yang lahir dengan potensi yang tinggi, namun Thauq tak pernah menyadari nya, kecerdasan yang standar membuatnya tak pernah mendapat juara kelas, suara yang jelek membuatnya tak lulus di olimpiade bernyanyi, dan badan yang pendek membuatnya tak lulus di olimpiade olahraga, jadi apa yang dimaksud ibu dan ayahnya tentang potensi?