Pernah seorang presenter kondang, pembaca acara talk show terkenal yang juga mantan pesulap Indonesia berkata "jadi guru itu gajinya kecil, pantasan kualitas muridnya tidak baik" Kurang lebih begitulah perkataan beliau. Sekilas, para guru merasa bangga karena intensi perkataannya seperti mendukung profesi guru. Namun ketika saya cermati lebih dalam, ternyata sebaliknya. Perkataan sang mantan pesulap bukannya mendukung profesi guru yang mulia itu, tetapi sebaliknya merendahkan, lebih tepatnya menghina. Mengapa? Menjadi guru, bukanlah sekedar mata pencaharian melainkan sebuah panggilan jiwa. Karena itu, profesi guru seharusnya tidak dinilai dengan 💰 uang. Karena materi akan segera habis, tapi jasa guru adalah sepanjang masa. Mengapa mengajar, menjadi guru adalah pekerjaan mulia? Apa yang dilakukannya, apa yang dihasilkannya? Guru mengajar dan mendidik seorang murid untuk pandai menjalani hidup. Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani Guru menjadi segalanya yang dibutuhkan seorang anak diluar rumah, ia menjadi orangtua kedua setelah ayah dan ibu. Ia menjadi sahabat sekaligus seorang saudara bagi muridnya. Ing Ngarso Sung Tulodo artinya seorang guru memimpin didepan, sambil memberi teladan agar muridnya mengikuti, ia juga mengarahkan hidup muridnya sesuai potensi yang ada didalam diri mereka. Melalui dan didalam didikan dan hajaran, ia memberi hidupnya untuk mereka. Ing Madya Mangun Karsa artinya seorang guru pada saat yang bersamaan berperan sebagai sahabat yang menemani muridnya, ikut bersimpati dan berempati dalam proses didikan yang sedang dilalui muridnya. Dengan peran ini, si murid diharapkan untuk tetap kuat hingga selesai menjalani proses. Tut Wury Handayani artinya seorang guru tak henti-hentinya mendorong muridnya untuk maju dan pantang menyerah. Disinilah peran dan manfaat Ing Ngarso Sung Tulodo diserapkan kedalam sanubari muridnya bahwa gurunya adalah seorang murid abadi. Mulia Guru, mulia Murid, mulia kehidupanAll Rights Reserved
1 part