My Senior My Love
  • Reads 68,932
  • Votes 4,177
  • Parts 27
  • Reads 68,932
  • Votes 4,177
  • Parts 27
Ongoing, First published Aug 30, 2019
"Kenapa gak bilang"
Suara itu semakin lirih disetiap katanya.
Prilly tak kuasa. tangisannya tumpah di dada Ali.
Membuat Ali perlahan memeluk gadis itu dengan salah satu tangannya.
Mencoba menenangkan meskipun dirinya perlu di tenangkan.

"Maaf"
Satu kata keluar bersamaan dengan air mata yang mengalir.
Meskipun raut wajahnya tidak pernah ia tampilkan didepan para sahabat. Namun didepan Prilly kesedihan itu selalu terlihat.
Mata yang dulunya terlihat berapi-api, kini redup bersamaan dengan waktu yang semakin mengikis kesempatan dirinya untuk bernafas.

"Mau janji satu hal?"
Prilly menggeleng. Ia tahu Ali akan meminta sesuatu yang mungkin sulit untuk dia penuhi.

"Please"

Disela-sela tangisnya Prilly mengangguk samar.
Dia mendongak demi melihat wajah yang telah lama ia rindukan.
"Setelah ini jangan pernah nangis lagi"

Ali memang masih disana. Namun yang Prilly rasa Ali telah bersiap untuk meninggalkan semua dan juga dirinya.

"Jangan pergi"
Mungkin ini kesekian kalinya Prilly meminta, meskipun ia tahu Ali tidak akan bisa mengabulkan inginnya.

"Aku_"
Suara Ali tercekat, seakan dia tidak mampu melanjutkan setiap kata yang menurutnya akan menjadi kalimat perpisahan.

"Aku gak bi_sa"
Sekeras apapun Prilly meminta, nyatanya Ali tidak pernah mengabulkan.
Air mata yang turun semakin deras. Prilly menangis semakin keras. Membuat Ali menghapus air mata yang turun dari mata indahnya.

 

_Bkl, 01 september 2019
 
  
 
@copyright 2019 kikycicie
All Rights Reserved
Sign up to add My Senior My Love to your library and receive updates
or
#1aliandoo
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Dosa Ku cover
Kisah Tak Sempurna cover
𝐒oerabaja, 1730 cover
Ziel Alexander Dominic [PDF]✔️ cover
He Fell First and She Never Fell? cover
Rafa  cover
After Graduation cover
The Qonsequences cover
Little Dumplings cover
Kesayangan Bunda cover

Dosa Ku

69 parts Ongoing

Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput. "Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah. "Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin. 'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.