" apa yang akan terjadi setelah seseorang
meninggal, Chuuya..? bisakah kau memperlihatkannya padaku..? "
『 aku membayangkan Chuuya yang berbalik menatapku dengan senyuman di wajahnya.
dari sebuah tempat yang di penuhi sinar. tempat yang cerah. di sebuah dunia permukaan yang sangat terang. 』
『 aku membayangkan Chuuya sebelumnya tengah berjalan di sebuah bukit rerumputan yang hijau, sebelum akhirnya dia terhenti dan berbalik menatapku sambil tersenyum.
wajahnya tampak tenang ketika menatapku. setenang air permukaan di musim semi.
tapi justru, saat inilah dia tampak begitu agung dimataku.
sangat terang, cerah, dan bercahaya.
murni, dan suci. 』
『 ekspresi di wajah itu begitu polos, seolah ia justru baru saja dilahirkan ke dunia-alih-alih menampilkan ekspresi wajah seperti orang yang akan mati pada umumnya. 』
『 aku tidak tahu, apakah Surga itu sungguh ada di kehidupan setelah kematian.
tapi, bila mereka memang benar ada, aku percaya bahwa itu adalah lahir dari senyuman Chuuya yang aku lihat saat ini. 』
『 dan aku membayangkan, dia tampak bahagia tanpa beban disana. 』
『 dan baru kinilah aku menyadari perbedaan kami, setelah sebelumnya aku terbiasa.
dia sungguhlah utuh seperti apa yang tadi dia bilang. dan, telah meraih semua keinginannya. yaitu dirinya sendiri.
sehingga, tentu saja Chuuya siap akan mati kapan saja. dengan tenang. dengan damai. dengan bahagia. setulus hati. 』
[ ..meski sangat membencinya..,
..aku sudah sangat terbiasa dengan Chuuya dalam hidupku, hampir setiap harinya.
karena itulah, tiap kali aku melihat keberadaannya, entah bagaimana, aku tak merasa bahwa hidup ini membosankan.
bahwa ada hal menarik setiap harinya yang kini aku tunggu.
..untuk menanti bertemu dengan Chuuya. ]
sampai ketika aku bisa kembali menatap wajah Chuuya yang hanya diam menatapku dengan pandangan tenangnya itulah, aku seketika tersadar..
[ ..Bahwa aku kembali hidup. ]
dan menyadari suatu hal diluar dugaanku.
[ ...hidupku telah utuh. ]