Taehyung melihatnya, lelaki itu berdiri disana dengan baju polos tanpa hiasan dan penutup kepala sebagai simbol kedukaan. Sedikit tidak wajar melihat pakaian itu dikenakan untuk berziarah. Orang-orang memakainya hanya pada hari kematian. Tapi barangkali kedukaan seperti hari kematian itu tidak pernah pergi. Barangkali rasanya sama, atau kian hari malah kian menyesakkan?. Taehyung tidak tahu. Tidak ada yang tahu. Pangeran terakhir dinasti Jeon itu tidak pernah lagi bicara pada siapapun. Mulutnya terkunci rapat setelah seluruh keluarga kerajaan dibantai dan menyisakan dirinya. Seperti kebiasaan di tanah itu, sebuah keluarga boleh dibabat habis tapi seorang harus disisakan. Seorang yang kuat. Seorang yang pantas untuk tetap hidup agar kelak bisa menuntut balas. Tapi ini sudah empat tahun sejak hari dimana istana dinasti Jeon dibasahi darah dan dihiasi mayat di setiap penjurunya. Waktu itu Jungkook masih enam belas tahun. Masih anak-anak tanpa kebencian. Kini dia sudah dua puluh tahun, dan tengah berlutut di depan nisan ayah dan ibunya. Tangisnya tidak histeris, tapi Taehyung merasa dirinya tersayat. Di mata Jungkook yang cemerlang, Taehyung tidak menemukan apapun selain kedukaan dan kedukaan. #VKOOK #BXB (All pic from Pinterest, and some modified)
8 parts