Zahra Maheswara, seorang gadis manis yang ceria, cuek, ceroboh, selalu seenaknya sendiri dan penuh petualang. Sejak lulus SD dia udah dimasukan ke pesantren, itu semua bukan kemauannya sendiri, melainkan dipaksa oleh kedua orangtuanya. Sebenarnya Zahra udah berpindah-pindah pesantren. Mulai dari pesantren yang ada di Depok, Cibinong, Jakarta dan sekitarnya, bukan karena dia mencari pesantren yang pas untuk dirinya, tapi dia berhasil kabur dari pesantren tersebut. Akhirnya Ayahnya pun menyerahkan Zahra ke teman Ayahnya yang memang memiliki sebuah pesantren di Kota Bogor. Disinilah, Zahra yang biasanya berhasil kabur kini malah mendekam dipenjara suci dan beralih membuat onar dengan kemauannya sendiri. Siapapun yang awalnya mengenal Zahra tak akan percaya jika dialah pembuat onar pertama di keseharian pesantrennya itu.
Tahunpun berganti, Zahra yang selalu mengidolakan dan menggantungkan kehidupannya ke Ayah dan Ibunya, kini harus mendengar kabar jika orangtuanya telah tiada.
Bagaimanakah Zahra menjalankan kehidupan selanjutnya?
Mampukah dia bersikap ceria seperti biasanya?
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.