Dara dan Erlangga pernah menikmati buaian kabut nafsu yang memburamkan logika keduanya. Tak ada kepemilikan yang lebih berarti selain merenggut dahaga duniawi. Sayangnya, cinta putih abu-abu itu harus kandas begitu saja. Pisah yang membuat Dara kehilangan harapan akan masa depannya. Setelah sekian lama tidak dapat menghapus Dara dari pikiran dan hatinya, akhirnya Erlangga menemukan kepada Gayatrilah jiwanya berlabuh. Dia menumpahkan segala yang tersisa dari dirinya kepada perempuan lembut tersebut. Gayatri seumpama cahaya yang menuntun Erlangga untuk menemukan-Nya. Namun, Dara tetaplah Dara. Dia bukanlah wanita yang sekadar singgah, mewarnai liku kehidupan Erlangga. Perempuan itu bahkan membawa masa lalunya bersama Erlangga yang tengah susah payah dijaga dan dilindungi. Dan meskipun harus menjadi perempuan kedua dalam rumah tangga Erlangga, Dara tidak akan melepaskan Erlangga. Tidak, ketika Erlangga adalah penawar bagi kehidupannya yang pekat.