Ekspresi dari mencintai adalah pembuktian dengan tindakan yang agung. Ketika ekspresi cinta adalah doa dan menjaga, maka tak ada yang salah antara dua manusia yang saling mendamba rasa suka.
Namanya Fasfakhil Safkhal Jamil, dipanggil Afa. Laki-laki tampan, perawakan tinggi, bernasab baik. Penyandang status ganda. Seorang santri hufadz dan juga mahasiswa di jurusan IT. Diam-diam mendamba rasa dengan seorang gadis cantik berkaca mata, seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, bernama Lubna Zakiya.
Pertemuan yang tidak disengaja, memberi kesan sempurna, menoreh secercah harap untuk menyambung asa.
Namun, manusia hanya sebatas berusaha. Tuhan lebih Kuasa atas segalanya, dan Dia lebih tahu dari seluruh prasangka makhlukNya. Sekuat apapun manusia berusaha, kalau takdir tidak menyatukan mereka, manusia bisa berbuat apa.
Disitulah Tuhan mengajarkan ilmuNya, kepasrahan pada sang pencipta Rasa.
Melalui kalamNya yang agung, "...boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. al-Baqarah: 216).
Bagaimana, kisah Afa dan Lubna, apakah Tuhan menyatukan hati keduanya? Nantikan kisahnya...
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.