Prolog Hidup ini begitu sederhana. Jika kita tidak bisa memaknainya maka berusahalah untuk menikmatinya, jika tidak mampu cukuplah dengan menerimanya, jika menerimanyapun sudah tidak memungkinkan maka setidaknya syukurilah sebagai hadiah terindah dari Sang Maha Pengutus Takdir. Bertahun-tahun lamanya aku terus mencoba memaknai teka-teki takdir yang seolah tak henti-hentinya mempermainkanku, namun lagi-lagi aku menyerah dengan skenario-Nya yang tak sedikitpun mampu ku tebak. Hingga suatu hari seseorang mengingatkanku akan terlampau banyak waktu yang kuhabiskan untuk meratapi penyesalan dan terlampau banyak pula hikmah yan terlewati begitu saja dibalik setiap ujian yang Tuhan hadiahkan untukku. Dulu dan kemarin adalah sebuah pelajaran, esok atau lusa adalah harapan dan betapa aku tidak pernah memikirkannya jika pria di sampingku saat ini adalah kado terindah dari setiap penantianku.