"Maafkan aku." Cicit Fina dengan suara yang hampir menghilang. "Plakk.. seharusnya aku tidak mempercayakannya pada gadis kecil sepertimu." Setidaknya Kelly tidak menyebutnya jalang. Ini lebih baik. Wajahnya kini terasa panas. Lebih tepatnya tubuhnya kini panas dingin. "Apa yang kau lakukan sampai dia dalam bahaya begitu?" Kelly mendorong tubuh lemah Fina sampai jatuh jika saja Alby tak menangkapnya. "Hentikan. Apa kau tidak berlebihan?" Bentak Alby membuat Kelly terdiam. Ia tidak menyangka Alby yang ramah akan marah begini. Plak.. Fina menepis tangan Alby yang hinggap di bahunya kasar. Ia kembali berdiri dan mengahadapi kemarahan Kelly. "Sekali lagi maafkan aku. Jika saja aku tidah ceroboh maka Rosse tidak akan seperti ini." Bungkuk Fina meminta pengampunan beribu kali. Kali ini Kelly tak berkata apapun. Ia hanya diam dan kembali duduk disamping adiknya. "Fina.. kita keringkan dirimu lebih dulu." Pinta Alby mendekat tapi Fina justru semakin menjauh. "Jangan pedulikan aku." Tepis Fina pada tangan hangat itu. "Fina..!!" Teriakan Alby memekakkan telinga Fina. Ia tak menyangka Alby akan meninggikan suaranya. Buram.. entah karena bentakan Alby atau apa.. pandangan Fina perlahan sirna. Rasa dingin mendadak memenuhi tubuhnya. Dan tanpa peringatan ia limbung dan terjatuh ke lantai yang dingin, menambah daftar penderitaan dalam hidupnya. "Fina..!!" Panggilan itu memberikan secercah kesadaran pada Fina. Samar ia menatap siapa sang pemilik suara berat itu dan meraih rahang kokoh miliknya. "Niel.." ucap Fina lirih sebelum kegelapan kembali menjemput kesadarannya.