Aku bisa saja menghapus lukaku ketika hujan turun, hanya dengan membiarkan air mataku jatuh beriringan bersama tetesan hujan. Dikala itu, seolah lukaku tersamarkan oleh tetesan kelamnya. Bau basah dari segerombolan rumput ilalang di sekelilingku berdansa anggun menyambut pagiku. Mereka berusaha mengusap nadiku agar tetap berdenyut, memompa aliran darahku agar tetap merasa kuat jalani hari. Kau sungguh hebat! Kau mengajaku untuk menikmati hujan dikala itu. Kau mengajariku cara bercerita kepada hujan. Bahkan sesekali kau memintaku untuk bercerita tentangmu kepada hujan. Sampai akhirnya kau lupa.. Kau lupa mengajariku cara melupakanmu dikala hujan. Yang mana hujan membawa sisa-sisa bayangmu sebagai penghantar luka. Pagiku sesak bersama hujan. "Bila nanti aku tak menjadi embun di pagi hari, takkan jadi lelah. Di hari inilah, kau dan aku tahu. Embun dan pagiku tak lagi menyapa" 26/1/18 Tulisan Harian -Wahyu Saputro-