Bagi Mat, dunia itu tak berotasi, dunia menetap pada porosnya terbukti dari dirinya yang selalu saja mendapatkan ketidakadilan. Luka bertumpuk luka, pilu bertumpuk pilu hingga semuanya menggunung dan mengoyak hidupnya. Hingga di hari itu, hari dimana ia merasakan dunia sedikit berotasi, ia malah kembali mendapatkan sebuah pengkhianatan. Ia membenci segala sesuatu yang ada pada hidupnya termasuk dirinya sendiri dan juga namanya sendiri. Dia hanyalah gadis serba rata-rata dengan otak yang rata-rata pula. Nama yang lebih pantas disebut sebagai nama makanan ketimbang nama orang sebagai alasan ia membenci namanya. Hanya satu yang ia syukuri dalam hidupnya, ia bersyukur menjadi seorang anak tunggal, setidaknya ia hanya sendiri merasakan perihnya hidup karena dilahirkan oleh seorang wanita yang tak pantas mendapatkan gelar ibu, memiliki seorang ayah yang sama sekali tak pantas disebut kepala keluarga. Matcha Adellina. Gadis yang menganggap dunia menetap pada porosnya. Gadis serba rata-rata yang pada akhirnya merasakan dunia berotasi karena seorang lelaki. Mat dengan dunia yang sebelumnya hampa kini telah dikelilingi manusia luar biasa. Hanya satu yang menjadi pertanyaan. Apakah selamanya dunia Mat akan berputar?