Warning!
Bacalah saat benar-benar luang.
Cerita ini hanya fiksi, maaf apabila ada kesalahan.
Gustav Hutama, 33 tahun, sudah muak dengan segala hal tentang cinta lantaran kisah romansa bobrok orangtuanya di masa lalu. Ditambah, wanita yang ia kasihi, istrinya, ternyata berselingkuh dengan orang lain di tahun kedua pernikahan mereka.
Tak lagi ingin terluka, ia memutuskan untuk tidak menikah selamanya. Karena baginya, tak ada wanita yang benar-benar pantas dipercaya kecuali adiknya yang manis. Bahkan ibu mereka pun, tidak.
Namun kejadian sialan di suatu malam yang menimpa sang ayah, membuat Gustav merasa harus turun tangan.
Wandi Hutama tak sengaja menabrak seorang buruh pabrik yang hendak menyeberang di salah satu jalan sepi saat menjelang pagi. Korban meninggal dunia di tempat. Meninggalkan seorang putri yang masih cukup belia.
Pita namanya. Delapan belas tahun. Menjadi sebatang kara selepas kematian ayahnya. Wandi yang berhati lemah tentu merasa bersalah dan bertanggungjawab atas kemalangan gadis itu. Di usia Pita saat ini, dia sudah harus menanggung banyak beban. Pita butuh perlindungan. Dan Wandi memutuskan untuk menikahinya.
Mengetahui hal tersebut, Gustav tidak terima. Demi Tuhan, ayahnya nyaris 60 tahun. Lebih-lebih, beliau gampang dibodohi. Gustav tak ingin gadis kecil bermata sok sendu itu memanfaatkan kebaikan ayahnya. Dan setelah perdebatan cukup panjang, pada akhirnya Gustav memutuskan, dialah yang akan menikahinya.
Pamekasan, 7 oktober 2019
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.