Semenjak kepindahannya di lingkup elite SMA Bina Bangsa, Tama perlu mengasingkan keberadaannya yang tak sesuai dengan segala kebaikan. Kehadiran Tama itu tidak diharapkan. Tama takut jika ia bebas membuka diri, nantinya ia akan kembali merugikan banyak orang.
Pengalaman di masa lalu membuat Tama begitu rentan menerima pertemanan.
Namun, berkat pertemuannya dengan seorang perempuan yang ternyata turut membagi pengalaman serupa, Tama jadi tersadar bahwa semua pelik emosi yang ia rasakan banyak berakar dari rumahnya yang berantakan.
Pengulangan kalimat buruk serta kerasnya hukuman fisik sering melukai jati dirinya selaku remaja. Tama ingin sembuh, tetapi juga ragu apakah ia pantas menerima uluran tangan.
Demikian, melalui banyak proses adaptasinya dalam menerima dan memberikan banyak bantuan, Tama hanya berharap. Semoga teruntuk mereka yang mau berbaik hati memercayainya, semua tidak berakhir dilanda kekecewaan.
Cerita ini mungkin tidak akan terukir di sejarah seperti kisah cinta Habibie dan Ainun, dikenang sepanjang masa seperti kisah cinta Galih dan Ratna, ataupun melegenda seperti kisah cinta Dilan dan Milea.
Karena ini hanya tentang Sajak dan Rima.
Dan tentang suatu hal yang lebih baik dibiarkan tak terucapkan bernama; cinta sepihak.