Konon katanya, masa masa yang paling indah adalah masa SMA. Makanya, aku tidak mau menyia-nyiakan setiap detiknya. Disinilah aku bertemu seseorang yang asing bagiku, namun nampaknya tidak asing bagi temanku, Elona. Zapatha namanya. Lama kelamaan aku mulai mengenal Zapatha. Mulai dari sikapnya yang awalnya sangat dingin, menjadi seseorang yang menghibur bagiku. "Yaah kasian banget sii abis shock therapy temennya belom dateng, gue temenin deh," kata Zapatha sembari tersenyum meledek, ia pun memindahkan bekalnya dan makan di sampingku. "Tenang ajaa sap udaah" lanjut Zapatha. Aku hanya tersenyum. "Yaelah saf makan aja lemes, kaya gue dong nih abiss" katanya sembari menunjukkan nasi bungkus yang memang sudah habis ia makan. Begitulah Zapatha, kelihatan cuek padahal aku tahu dalam hatinya itu ia termasuk orang yang sangat tulus. "Asiik ditraktir ayam gebrak nihh" "Ah bocah demon." "Ati-ati ego lu main sama dia" "Azab suka jahat" Itu semua kata-kata Zapatha yang terdengar asbun namun selalu berhasil menghiburku. Sikap Zapatha yang tidak terduga membuatku menaruh perasaan lebih kepadanya. Apakah aku siap menerima konsekuensi apabila aku mengutarakan perasaan ini? Ataukah aku harus membohongi perasaanku sendiri?
5 parts