Semua berawal darinya. Tepatnya dari sorot matanya yang tajam. Dari semua senior yang aku lihat. Hanya dia yang membuat mataku tidak bisa terpejam bahkan hanya untuk sedetik. Jika saja waktu itu aku tidak sedang berdebat dengannya tentang namaku. Mungkin aku tidak akan menjadi bodoh seperti ini. Iya, bodoh hanya karena mencintainya.