"Lagu itu dibuat dan dimainkan dengan perasaan, bukan cuma dengan kelihaian"
Begitulah satu kalimat yang mulai menghubungkan mereka pada takdir yang sama.
Gavin Aksa Martendra, mahasiswa fakultas musik yang tak pernah tertarik dengan urusan asmara. Dingin, kaku, dan tak pandai berekspresi, itulah gambaran yang tepat untuknya.
Arabella Alana, mahasiswi sastra yang disukai banyak orang karena kepribadiannya yang manis dan ceria. Penyuka frasa dan senja, itulah gambaran yang tepat untuk Alana. Hidupnya yang tak pernah mudah tetap tak menggentarkannya untuk berjuang sekuat tenaga.
Kisah yang bermula ketika seorang Gavin Aksa Martendra memungut buku harian yang jatuh milik seorang gadis bernama Arabella Alana.
Kejadian yang menuntun mereka ke dalam takdir yang telah terukir...
Mampukah mereka menjalani kisah cinta yang tak terduga?
_______________________________________________________________________________________
Serenade,
suatu frasa yang merujuk pada alunan lagu yang dilantunkan saat senja. Biasa ditujukan kepada sosok yang sangat berharga dalam hidup. Melodinya mampu membawa kehangatan dan ketenangan. memikat siapapun yang mendengarnya untuk terlena dalam diam.
_______________________________________________________________________________________
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."