A Love Story "Short Story"
6 parts Ongoing Hari yang dianggap musuh bersama oleh sebagian besar manusia bumi. Hari yang ditandai dengan tarikan napas berat, langkah yang malas, dan kepala yang enggan diajak kompromi. Tapi tidak bagi Aulia. Senin baginya hanyalah awal dari barisan hari-hari lain yang serupa: membosankan, melelahkan, dan hampa.
Malam telah turun di kota. Hujan mengguyur dengan malas, tapi konsisten. Sadam memarkir mobilnya di depan rumah kecil yang lampunya remang. Rumah yang lebih sering sepi, tapi tak pernah mengusir.
Ia membuka pintu dengan kunci cadangan yang tak pernah dikembalikan. Bau balsem dan aroma kayu manis menyambutnya. Di dalam, Aulia terbaring lemah di sofa, masih mengenakan piyama, tubuhnya meringkuk seperti tak ingin menyentuh dunia lagi.
Sadam berjalan pelan, lalu duduk di lantai, di samping tubuh itu. Hening sesaat.
Lalu ia berbisik:
"Kalau kamu tahu betapa keras aku melawan... mungkin kamu akan mengerti kenapa aku kembali."
Aulia membuka mata perlahan. Wajahnya pucat, matanya sembab.
"Mereka menjodohkanku dengan Luna," lanjut Sadam. "Tapi aku pulang ke sini. Karena cuma kamu yang aku tahu... bisa memeluk luka seperti aku."
Ia menyentuh pipi Aulia yang dingin, lalu menariknya ke dalam pelukannya.
Tubuh itu gemetar. Tapi tidak menolak.
Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, mereka saling merengkuh tanpa pertanyaan. Tanpa janji.
Hanya dua jiwa yang terluka, yang saling menemukan sisa-sisa kedamaian dalam diam.