Jangan ada Silent Reader di antara kita••• Y/n sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dari kediamannya. Y/n melihat sang suami berpegangan tangan dengan Yeri, sahabatnya. Padahal Y/n sedang mengandung anaknya yang ke sembilan dan menganggap Yeri adiknya. Bagaimana dengan bayinya? tentu saja akan ikut dengan Y/n. Y/n tidak bodoh untuk membunuh anak di dalam perutnya. Dan bagaimana dengan anaknya yang lain? Y/n akan melepaskan mereka dengan ayahnya. Y/n kecewa? tentu. Y/n ingin menangis? Tentu. Note: Gw emang ga pandai bikin prolog yang baik dan benar, jadi maafkan saja kalau prolognya kurang ngena. Dan ini adalah cerita kedua yang saya publish. Cerita pertama nya sih sudah saya hapus dari Wp. Jadi kalian ga bisa mampir
5 parts