Aku hamil. Dan aku belum menikah. Ya, inilah kekacauan terbesar dalam hidupku yang dulunya terencana. Hamil disaat karirku sedang beranjak naik adalah bencana. Ini benar-benar diluar kehendakku. Hubunganku dengan Ibuku tidaklah baik. Well, tepatnya dengan semua anggota keluarga ku, sih. Jadi anggap saja aku sebatang kara di hiruk pikuk kota ini. Selain itu, aku juga tidak pernah lagi mengontak lelaki yang ikut serta dalam proses pembuatan janin ini sejak penolakannya yang sangat menyakitkan. Sebenarnya aku memberitahunya bukan karena aku takut akan biaya membesarkan seorang anak manusia atau aku ingin menikah dengannya. Selain ingin dia mengakui janin ini, aku juga ingin tahu reaksinya. Tapi yah, ternyata hubungan kami selama 2 tahun ini adalah kesia-siaan belaka dan kata-kata manis yang ia ucapkan tentang masa depan hanyalah omong kosong. Huft, untung aku wanita setrong dan independen. Jadi tidak mengenaskan amat nasibku.All Rights Reserved
1 part