Miona Oktariani, gadis kecil berambut pirang, sering di panggil Mio, anak nya unik, suka dengan kegelapan, dan tak seperti perempuan pada umumnya, umur nya masih 16thn uda duduk di bangku kls 1 sma, anak ny pandai, gk sombong, namun nyebelin, asik sih anaknya, tp sekali dia gak suka dia bakal ngomong apa adanya, dia punya temen nama nya kiki anggarista dan fea vreoma, Mio suka dengan Bryan namun bryan suka dengan Fea ya ini bukan cerita segitiga melainkan cerita segi empat yang tak biasa fea suka dengan rachel namun rachel suka dengan Mio, ya ribetkan, ini menceritakan tentang sebuah pengorbanan antara hati dan persahabatan, numun dengan begitu banyak rintangan mereka tetap bersama, gitulah sebuah persahabatan tak tau saling mencintai, dan akan berujung entah dimana, namun sebuah persahabatan akan ada banyak rintangan yang akan di lalui bersama sama, bersahabat dengan lawan jenis emang menyenangkan dan memiliki 4 pasang sahabat sangat tidak mungkin untuk saling jatuh cinta satu dengan lainnya *aku suka dengan mu. tapi aku gak mau kita pecah hanya dengan rasa yang aku miliki*
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.