Bukannya hakikat pilihan untuk dipilih? Mengapa hanya berterus terang untuk menunggu tanpa ada kepastian? Apa bisa lebih dari sekadar untuk mengutarakan kebingungannya? Seorang perempuan perasa bernama Reci hendak memutuskan suatu hal yang tak pernah bisa ia ungkapkan. Dan melontarkan, apa yang hendak ia butuhkan. Sayangnya, hati dan takdirnya bertolak belakang. Setiap raga yang mendengar suaranya membisu. Karena terlalu dalam ia mencintai seseorang. "Ka, aku milih kamu", ucap Reci tegas. "Terima kasih Ci", dengan penuh kebanggaan Reka tersenyum kepada lawan mainnya, Reki. Dan cerita ini dimulai.