Tujuh Puluh Dua Purnama Tanpamu

"Kuharap Tuhan tidak memberikan air mata pilu di waktu yang berbeda"
Dua belas bulan awal. Pertama kalinya, menyambut lingkaran indah di pertengahan bulan. Tanpa sosok lawan bicara yang biasanya selalu hadir menghiasi keheningan malam. Memecah sunyi dengan untaian harapan. Dititipkan kepadanya dengan harapan tersampaikan ke langit. Hal itu, terjadi bukan hanya dua belas kali. Namun, hingga tujuh puluh dua lingkaran indah di langit menghampiri. Dilalui beserta rindu menderu. Meminta sebuah pertemuan. Tak hentinya menghaturkan untaian pesan.
"Tuhan, jika ia ditakdirkan milik kami. Kembalikan. Kami semua rindu!"
Salah satu cuplikan pesan tersebut. Pada, kali ke tujuh puluh tiga. Di hari yang fitri. Saat kami tak meminta. Tuhan memberikan.
"Kukembalikan milik kalian!" Makna tersirat. Jawaban dari Tuhan di balik semuanyaa adalah itu.