[DISCLAIMER: Explicit Self-Harm and Suicidal Behaviour Content]
Tsuki no Koe - The Voice of The Moon that Lead Me to Redemption
Bulan, seharusnya menjadi sesuatu yang sangat indah di langit malam. Saat seluruh jagad raya terselimuti oleh gelap gulita, keberadaannya seakan memberi kehangatan.
Bulan, seharusnya menjadi perlambang kesetiaan. Meskipun ukurannya tak selalu sama, ia tetap ada di sana, tersenyum kepada siapa pun yang memandangnya.
Bulan, seharusnya menjadi metafora yang hebat. Saat awan mencoba untuk menghalangi cahayanya, ia sama sekali tak pernah berhenti bersinar.
Bulan, seharusnya menjadi perlambang harapan. Sekelam apa pun langit malam, ia justru semakin terlihat bercahaya. Sama seperti keberadaan harapan dalam hati manusia.
Namun, sepertinya tidak selamanya seperti itu. Bagiku, bulan adalah sebuah metafora untuk menyatakan sebuah keputusasaan, perasaan bersalah, serta kesedihan mendalam.
Bukan karena apa-apa. Hal itu tidak akan pernah terjadi seandainya malam itu ... aku tidak ada di sana.
.
.
.
.
Peristiwa yang terjadi di bawah cahaya rembulan itu telah meninggalkan kesan yang begitu dalam. Seperti rekaman video yang terus terulang hingga membuat hati perih saat mengingatnya.
Namun, ada sesuatu yang jauh lebih parah, harapan yang memudar hingga berubah menjadi keputusasaan.
Dalam situasi seperti itu, Mitsuki akhirnya memilih untuk melewati sebuah jalan. Satu-satunya jalan pintas sekaligus terlarang.
Jalan yang salah satunya ada di jalur shinkansen.
Tentang seorang lelaki gila yang terobsesi dengan adik sepupunya sendiri.
17+
°°°
content warning: smoking, alcohol, abusive language, kissing, promiscuity, dark romance, criminal acts, etc.