Apa yang ada dipikiranmu kala mendengar kata Mentari? terdengar begitu indah bukan?. Yahh Mentari memang indah namun apakah hidup Mentari Anatasya seindah mentari? tak ada yang menjamin, namun bisa juga hidup Mentari seindah Mentari, tak ada yang tau kecuali takdir. Yahh takdir.
"Reyhan sahabat aku, aku mengenalnya sejak aku kecil sedangkan Dara dia mantan kamu Arga!". Teriak Mentari dengan air mata yang sudah membasahi pipi.
"Arga, apakah pantas seorang lelaki begitu perhatian kepada mantannya? sedangkan lelaki itu sudah memiliki kekasih? Arga sakit." Ucap Mentari sambil memegang dadanya sedangkan lawan bicaranya hanya diam menatap Mentari.
"Arga, aku mencintaimu. sangat, sangat mencintaimu tapi aku tidak akan mau mencintai sepihak, itu sakit Arga."
Mentari menghela nafas.
"Arga, jika kamu memang masih mencintai Dara mantan kamu, aku lepasin kamu. Kita putus." Ucap dara sambil melenggang pergi dari hadapan Arga.
"Maaf, mentari."
-----
Berjalan tanpa arah, langkah demi langkah ia tempuh tak peduli dia sekarang dimana, tak peduli sekitar. ia berjalan dengan pandangan kosong seolah nyawanya sudah tak ada. Hingga Air matanya menetes bersamaan dengan turunnya hujan.
"Terima Kasih Hujan."
-----
Kamar kacau, gelap gulita, putung rokok berserakan, botol minuman dimana-mana. sekacau itukah pemilik kamar? mungkin ia. Terlihat tatapan kosong keluar jendela. Tanpa disuruh Setetes air mata menetes diikuti yang lainnya.
"Maaf, Mentari."
-----
Tawa mengejek tercetak dibibir seseorang menatap sebuah foto yang menampilkan dua orang sedang berpelukan. Lalu ia merobek foto itu dan terbahak.
"Kalian Bodoh!".
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan