Mereka berteman. Mereka bersahabat. Mereka bersama. Sejak lama. Pertemuan mereka diawali dengan ketidaksengajaan. Pertemuan mereka diawali dengan adu bacot. Pertemuan mereka diawali dengan berebut tempat duduk di kelas. Pertemuan-pertemuan itulah yang kini membuat mereka seakan menyatu. Seakan alam mampu berkonspirasi untuk pertemuan mereka. Dua anak manusia yang memiliki sifat sangat bertolak belakang. Satu dengan sikap dan sifat yang dingin seperti gunung es. Satu dengan sikap dan sifat yang akan membuat orang-orang disekitar hanya mampu menggelengkan kepala dan mengurut dada sambil berkata "Sabar". Namun, kembali lagi dengan konspirasi alam. Sikap dan sifat yang berbeda tak menyurutkan hubungan pertemanan yang mereka jalin. Pertemanan yang sangat erat. Pertemanan yang mereka ikrarkan menjadi sahabat sejati. Yakin? Percaya dengan adanya sahabat sejati? Dengan lakon seorang laki-laki dan perempuan? Bukankan sudah hukum alam, bahwa persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada yang murni? Pasti salah satu akan memakai perasaan. Lalu? Siapakah yang kalah dan mengakui perasaan tersebut? Apakah mereka berdua akan tetap setia dengan ego masing-masing dan mempertahankan perasaan yang terpendam tanpa terucap? Ataukah mereka akan sama-sama kalah dan tersadar saat mereka merasakan kehilangan yang sesungguhnya?All Rights Reserved
1 part