Story cover for We Just Can Be a Friend?  by schebloem
We Just Can Be a Friend?
  • WpView
    Reads 26
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 26
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Nov 30, 2019
Mereka berteman. 
Mereka bersahabat. 
Mereka bersama. 
Sejak lama. 

Pertemuan mereka diawali dengan ketidaksengajaan. 
Pertemuan mereka diawali dengan adu bacot. 
Pertemuan mereka diawali dengan berebut tempat duduk di kelas. 

Pertemuan-pertemuan itulah yang kini membuat mereka seakan menyatu. 
Seakan alam mampu berkonspirasi untuk pertemuan mereka. 

Dua anak manusia yang memiliki sifat sangat bertolak belakang. 
Satu dengan sikap dan sifat yang dingin seperti gunung es. 
Satu dengan sikap dan sifat yang akan membuat orang-orang disekitar hanya mampu menggelengkan kepala dan mengurut dada sambil berkata "Sabar". 

Namun, kembali lagi dengan konspirasi alam. Sikap dan sifat yang berbeda tak menyurutkan hubungan pertemanan yang mereka jalin. 
Pertemanan yang sangat erat. 
Pertemanan yang mereka ikrarkan menjadi sahabat sejati. 

Yakin? Percaya dengan adanya sahabat sejati? Dengan lakon seorang laki-laki dan perempuan? 
Bukankan sudah hukum alam, bahwa persahabatan antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada yang murni? Pasti salah satu akan memakai perasaan. 

Lalu? Siapakah yang kalah dan mengakui perasaan tersebut? Apakah mereka berdua akan tetap setia dengan ego masing-masing dan mempertahankan perasaan yang terpendam tanpa terucap? Ataukah mereka akan sama-sama kalah dan tersadar saat mereka merasakan kehilangan yang sesungguhnya?
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add We Just Can Be a Friend? to your library and receive updates
or
#155friendshit
Content Guidelines
You may also like
Everything Between Us (ON GOING) by Lifeofzyailomiloxx
11 parts Ongoing
Dia tidak pernah membayangkan akan terjebak di persimpangan seperti ini-terombang-ambing antara dua hati yang begitu berarti dalam hidupnya. Di satu sisi, ada sahabatnya, seorang yang telah bersamanya sejak kecil. Seseorang yang begitu mengenalnya, yang tahu segala kelemahan dan kekuatannya, mereka seperti dua jiwa yang tak terpisahkan. Namun, di sisi lainnya, ada dia-pria yang diam-diam telah mencuri hatinya. Tanpa sadar, dia telah menjadi pusat dari setiap angan dan lamunan yang selama ini ia pendam dalam diam. Seharusnya, persahabatan dan cinta tak perlu menjadi pilihan. Seharusnya, ia bisa memiliki keduanya tanpa harus mengorbankan salah satunya. Namun kenyataan tidak sesederhana itu. Kini, ia dihadapkan pada fakta pahit bahwa sahabatnya, orang yang selalu ada untuknya, juga menyimpan rasa yang sama-cinta yang tumbuh tanpa mereka sadari, dan kini mengguncang keduanya. Hatinya berperang dalam sunyi. Haruskah ia mengalah, mengubur cintanya dalam-dalam demi menjaga persahabatan yang telah bertahun-tahun terjalin? Atau, apakah ini saatnya ia memilih untuk menjadi egois, memperjuangkan cinta yang kini memanggil namanya, meski resikonya adalah kehilangan seseorang yang selalu ada di setiap langkahnya? Ini adalah kisah tentang pilihan yang berat, tentang kehilangan yang tak terhindarkan, dan tentang keberanian untuk menghadapi perasaan yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Siapa yang akan ia pilih? Dan apakah ada pilihan yang tidak akan meninggalkan luka bagi mereka semua? "Between love and friendship, there's pain, hope, and unspoken feelings" ~ Everything Between Us ~
You may also like
Slide 1 of 10
He is not My Best Friend (End) cover
Guard Your Hearts cover
From a friend to lover? cover
ATHAYA cover
Friendzone cover
Merebut Senja [COMPLETED] cover
Back To You cover
Everything Between Us (ON GOING) cover
Kita dan Sebuah Kisah cover
Loving in Silence [THE END] cover

He is not My Best Friend (End)

21 parts Complete

Kata orang, persahabatan antara laki-laki dan perempuan tak semuanya berjalan mulus. Tahu kenapa? Ya, karena pasti akan terlibat sebuah perasaan. Perasaan yang entah itu hanya dimiliki satu orang saja, ibarat bertepuk sebelah tangan. Atau juga perasaan yang terbalas, istilahnya kedua-duanya memang memiliki rasa yang sama. Awalnya aku mengenyah hal tersebut, karena selama ini aku bisa hidup dengannya sejak kecil tanpa terlibat perasaan. Iya, itu pada saat aku masih menginjak kelas delapan sekolah menengah pertama. Waktu terus berjalan. Sampai pada akhirnya, perasaan yang ku genggam erat dan tak akan mungkin menyukai sahabatku sendiri, nyatanya pupus. Saat kelulusan kelas sembilan aku baru sadar. Kalau aku memiliki rasa sayang bahkan cinta pada sahabatku sendiri. Namun, sampai saat ini aku tidak tahu. Apakah kami memiliki rasa yang sama atau hanya aku yang memiliki rasa seperti itu? Jadi, apa ini akan berakhir cinta bertepuk sebelah tangan? Photo cover by pinterest. Created by me and don't copy my story!