Aku sedikit heran bercampur was-was ketika ustadzah fulanah tiba-tiba mengajakku pergi. Sebab, beliau adalah bagian yang menangani kasus di pesantrenku ini. Aku juga tidak begitu dekat dengan beliau. Ada apakah? Mengapa beliau mengajakku keluar? Semoga bukan hal yang buruk.
Aku mengiyakan ajakan beliau. Kucoba membuka obrolan menanyakan maksud beliau. Ternyata beliau mengajakku ke rumahnya yang tak jauh dari pesantren. Aku sedikit lega, kirain ada apa. Soalnya aku merasa tidak tersangkut kasus pelanggaran apapun.
Setelah beberapa saat, rupanya ustadzah sudah menyelesaikan urusannya. Kami pun kembali ke pesantren menelusuri sebuah gang kecil. Keluar dari gang, aku melihat sebuah mobil putih yang seperti sedang menunggu. Sang pengendara keluar, ternyata beliau adalah pengasuh pesantren.
Tiba-tiba beliau dan ustadzah menyuruhku untuk masuk mobil. Rasa was-was kembali menyeruak. Ada apa ini? Mengapa pengasuh pesantren mengajakku?
Aku tidak berani menyakan karena segan. Aku hanya bisae mengira-ira, kemana kami hendak pergi? Dan ada apakah? Kenapa harus aku? Ups...kucoba tuk senantiasa husnuzhan. Semoga hanya seperti kejadian di awal tadi. Mungkin sekedar mau silaturahmi dan kebetulan akulah yang diajak.
Dalam perjalanan, pengasuh selalu sharing denganku dalam berbagai permasalahan, hingga tak terasa akhirnya telah sampai tujuan. Tapi aku heran, bukankah ini kampungku? Dan bukankah...lho inikan rumahku? Dan, mengapa rumahku begitu ramai? Kalau ada hajatan, mengapa Abi dan Ummi tak pernah bercerita hal ini kepadaku? Kalau tidak....kira-kira ada acara apa hingga rumahku penuh sesak dengan kerumunan orang, batinku.
Meski masih terheran-heran, ada sedikit kebahagian karena tak dinyana hari ini aku bisa pulang kampung, bertemu dengan keluarga dan tetangga.
Bersambung...