Rasanya, begitu abstrak jika ia kurangkul. Jelas-jelas, ia hanya seberkas sinar yang indah di pandang.Kala itu, senja mulai redup bersama harapan yang tak kunjung usai menyaksikan realita yang nampak didepan mata, seolah-olah memberikan isyarat Namun sayang, semakin ku menikmati sinarnya, perlahan ia mulai memudar dan menghilang, demi menjemput sang malam yang mendamaikan hati dan jiwa, sang rembulan pun mulai menampakkan sinarnya tersenyum indah pada semesta. walaupun, tak ada bintang yang berada disisinya. Gelap, hampa tanpa suara. yang ada, hanya semilir angin yang menemani malam. Kusadari, semua hanyalah sebuah permainan, permainan yang di mainkan oleh dua insan saling berkasih sayang namun tak mampu bersatu. ibarat cerita dalam sejarah Kini, tak ada teman, tak ada pula sandaran ikhlas dan sabar meski tetap dalam penantianAlle Rechte vorbehalten
1 Kapitel