Interpretasi Rasa

Biru tak kunjung bersuara, hingga aku memutar badanku ke arahnya. Barulah dia katakan padaku isi kepalanya, "Nin, akan ada waktunya di mana kamu jatuh cinta pada tuan yang justru membuatmu bertanya-tanya dan sulit menemukan jawabannya. Dan pada saat itulah kamu akan mengerti ketulusan itu seperti apa."

Aku memandanginya cukup lama dengan alis bertaut dan sorot mata yang seolah-olah berkata, "kenapa harus begitu?"

Dia hanya tersenyum membalas kebingunganku sebelum kembali bersuara, "kamu bukannya tidak percaya pada ketulusan cinta, Nin. Hanya belum saja, sebab belum dipertemukan dengan orang yang tepat. Kelak, ketika kamu bertemu tuan yang membuatmu bertanya alasanmu jatuh cinta dan tak pernah menemukan jawabannya, itulah ketulusan, Nin. Kamu tidak akan pernah menemukan alasan dalam cinta yang tulus. Karena cinta yang tulus bukan perihal 'karena', melainkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada jawabannya."