"Setiap kehidupan pasti ada alasannya... Setelah bertemu denganmu, kesedihanku telah berakhir."
***
"Kamu 'kan?" sapa seorang gadis dengan surai panjangnya, menghampiri seseorang di depannya.
Pria tinggi yang tengah memunggungi gadis itu tak menoleh barang sebentar. "Apakah kamu tahu, aku ini siapa?" sahutnya yang malah bertanya balik.
Dengan langkah pelan, gadis itu melangkah mendekat ke arahnya. "Di tempat sepi begini, hanya kamu sendirian... Kamu pasti datang untuk menjemputku 'kan?" ucapnya yang hanya bisa dimengerti oleh pria itu.
Tanpa sepengetahuan si gadis, pria itu tersenyum kecil. Lagi-lagi tanpa menoleh dia berkata, "sejak kecil kamu sudah merasakan bagaimana sakitnya sebuah perpisahan. Kenapa masih bersikeras seperti sekarang?" sahutnya.
Apa maksudnya? Oke, percakapan ini hanya mereka berdua yang memahami. "Perpisahan dan kematian, adalah kesedihan yang ada di dunia --keduanya sangat menyakitkan...
... Tetapi, bukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Kenapa terlalu dipikirkan? Jalani saja." Gadis itu berhenti tepat di belakangnya dengan jarak beberapa sentimeter saja.
Menghela napas pelan, pria itu masih enggan untuk menoleh. "Kamu nggak menyesal?"
Si gadis tersenyum lembut. "Akhirnya aku bisa menunggunya. Jadi, aku nggak menyesal. Lagipula cinta memang suatu kebahagiaan," sahutnya dengan bangga.
"Cinta adalah kepedihan, hanya saja kamu nggak mengerti."
"Apa yang nggak aku mengerti?" tanya gadis itu penasaran.
Si pria akhirnya menoleh dan menatap lurus ke arah gadis itu. Senyuman manis terpatri di wajah tampannya. "Kamu akan tahu suatu hari nanti. Ayo pergi, atau kita bisa terlambat."
Mengangguk mantap, si gadis merangkul sang pria dan mereka berdua punjalan bersisian dengan suka-cita.
Cover by im_bwanana