"Kamu hebat, Ra. Wajahmu berseri bagai cahaya rembulan. Tatapan matamu dipenuhi cahaya seribu bintang. Aku yakin, hatimu juga begitu. Membawa cahaya kebaikan bagi setiap orang."
Kata itu selalu melekat dalam dirinya, tapi belum pada sifatnya. Dia sudah ditanamkan ambisi sejak kecil, ingin menjadi satu-satunya yang terbaik. Tapi apakah yang terbaik harus sendiri? Dan apakah yang terbaik harus mengalahkan orang lain yang juga berusaha? Laura tetap menjalankan ambisinya, tetapi tentu saja di perjalanan panjang itu ada sesuatu yang pasti mengubahnya. Entah itu persahabatan, rasa suka, atau malah kehilangan.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.