Sepuluh hari sudah bulan madu Candien dan Greg berlangsung. Candien bahagia, Greg sungguh memanjakannya. Dia tak pernah liar di ranjang selama ini, sepuluh hari kemarin dia sungguh liar, bahkan membelilan Candien beberapa lingerie. Kebahagian Candien tak berkurang sedikitpun meski setelah sepuluh tahun menikah, mereka belum juga diamanahkan anak oleh Tuhan. Greg tak mempermasalahkan hal itu, justru dia yang selalu menenangkan batinnya kala banyak mulut menghujat pernikahan mereka. Candien bersyukur memiliki suami idaman seperti Greg. Dokter kandungan dengan jam terbang tinggi, badan kurus menjulang, kulit bersih, mata cokelat serta sifatnya yang cuek, membuat laki - laki ini membuat banyak wanita merasa penasaran. Suami yang pengertian, selalu mengalah dan mengayomi, pintar dan tak lupa romantis. Keadaan ekonomi yang mapan dan suami yang tak pernah menuntut perubahan sama sekali. Sungguh kebahagian yang mutlak bagi perempuan.
Namun, di hari terakhir bulan madu mereka. Greg mengejutkan Candien dengan menyodorkan surat cerai. Ada apakah? Masalah anak? Perselingkuhan? atau hal lain?
Prisha nyaris menghabiskan dua windu hidupnya untuk mencintai seorang saja pria. Terjabak friendzone sedari remaja, Prisha tidak pernah menyangka jika patah hatinya gara-gara Paradikta menikah dapat membuatnya hampir mati konyol. Dia baru saja bebas dari jerat derpresi saat melihat Paradikta justru kembali ke dalam hidupnya dengan aroma-aroma depresi yang sangat dia kenali.
"Kamu pikir, kematian bakal bawa kamu ke mana? Ketemu Saniya? Kamu yakin udah sesuci dia? Jangan ngimpi Radi!"
"Mimpi? Ngaca! Bukannya itu kamu? Menikahi saya itu mimpi kamu kan?"
Dan, Prisha tahu jika Paradikta yang dua windu lalu dia kenal saat ini sudah tidak lagi ada.