Mau baca silakan, tidak juga tak mengapa.
Karena tulisan ini saya dedikasikan untuk diri sendiri, menggambarkan hidup sekitar saya, jadi orang lain tak perlu tahu apa yang saya rasa, apalagi teman saya. Semoga mereka tidak membaca ini.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Di saat tidak ada titik temu dalam sebuah permasalahan, banyak orang yang memilih untuk menyerah.
Ketika tangan tak mampu lagi menutup telinga. Menyerah seringkali menjadi jalan terakhir.
Rasa sepi, sakit, dan tangis seringkali menjadi teman setia. Kepercayaan pun menjadi sesuatu yang tak lagi berharga.
Padahal masih banyak alasan untuk tetap bertahan. Masih banyak alasan untuk kita melawan segala ketakutan dan kepedihan itu.
Merangkul barangkali suatu jalan berharga yang dapat mencegah dari keputusasaan. Bukan hanya dengan teman setia, namun suatu tulisan atau bacaan kerap kali menjadi teman untuk tetap bertahan.
Jika teman tak lagi menemani, biarkan cerita ini menjadi teman di kala gelap menyergap.
-Seharusnya Kita Tidak Menyerah-
Pernah mendengar podcast? Nah, mungkin ini versi tulisnya. Anggaplah aku sedang menjalani versi lisannya. Semoga sampai pada hati kalian.
started-26 Desember 2019.
Dalam keheningan, kata lahir dari luka yang berbisik, harapan yang merintih, dan keyakinan yang tak pernah padam. Setiap bait menyimpan perjalanan rasa-doa yang terdiam, cinta yang tertahan, dan impian yang terus melangkah. Saya bukan penyair, bukan pula seorang yang puitis, hanya hati yang merangkai kata, berharap kau temukan makna di balik sunyi ini.