"Bagaimana-bagaimana caranya kita selamat?" ucap Ririn ditengah ribuan zombie yang sedang berusaha mencari mangsa.
"Zeyd bilang, kita harus temukan dr. Sky, dialah yang menciptakan zombie zombie ini," Adrian menimpali.
"Bodoh, tidakkah kalian lihat, Dokter laknat itu sudah menjadi salah satu zombie, bahkan sepertinya dia pemimpinnya. Cari dia, cari mati!!!" Ryan meninju tembok yang ada diruangan persembunyian dengan geram. Merasa kesal, marah sekaligus resah.
Semuanya terdiam, mendengar ucapan Ryan, 2 gadis lainnya, Diana dan Sinta hanya menangis sesenggukan.
Kini semua mata melihat ke arah Zeyd. Laki laki berambut cepak bewarna putih itu masih diam dan tampak tenang.
"Bukan jasadnya yang sudah jadi zombie yang kita cari, tapi rohnya. Dia akan membantu kita" ucap anak indigo itu dengan tatapan datar yang tak mudah diartikan.
"Roh?" tanya Ryan mulai mengerti.
Ke 6 siswa itu menatap luar gedung sekolah dari celah kertas koran yang mereka tempelkan. Teman teman, guru dan semua orang baik yang mereka kenal dan tidak, kini sudah berubah menjadi makhluk tak bernyawa yang kelaparan. Tubuh mereka compang camping di penuhi dengan bekas darah dan gigitan. ada pula yang begitu menjijikkan dengan usus yang menjuntai kebawah. Ririn, Diana dan Sinta tak mampu lagi menatapnya. Hanya suara erangan yang terdengar.
"Mereka hanyalah makhluk yang tak lagi punya roh," ucap Zeyd.
"Yah, kita pasti selamat, masih ada harapan," Adrian tersenyum simpul, menatap satu persatu teman temannya.
"Harapan."