"Untuk apa kamu diciptakan sempurna jika aku tak pernah menuntut sempurnamu?"
-Arkasha Virendra Shafwan
Sempurna, bukan suatu hal yang ku kejar ataupun harus ku tetapkan pada diri seseorang, begitu juga kau-Ambun Ayu Aruna.
Jauh dari kata sempurna, katamu perihal dirimu sendiri, berkali kali kukatakan, kalau bukan sempurna yang ku kejar, bukan sempurna yang ingin ku dapatkan, dan bukan kesempurnaan yang akan memuaskan hidupku kelak.
Aku tidak ingin menambahkan kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya tanpa tahu pembuktiannya. Kata- kata itu tidak ada gunanya dan selalu sia-sia, walaupun aku tahu sebenarnya kau mudah untuk mencernanya. Walaupun kata-kata yang ku keluarkan berjuta maknanya, kau tidak akan pernah mengakuinya, bahwa kata-kata itu kurajut untuk kau seorang, Embun.
Kata-kata tanpa makna itu sekilas bekasnya, maka untuk kamu Embun,takkan kurajut kata-kata lagi untukmu, karena suatu pembuktian dibutuhkan disaat kata-kata sudah bosan didengar oleh orang-orang, kuberikan arti dan bukti atas kata- kataku itu.
Embun, kamu memang bukan manusia sempurna, aku menerimanya, sepenuh hatiku. Begitupun kamu aku yakin, karena akupun bukan manusia sempurna. Tapi dimatamu, seolah aku adalah manusia sempurna, dan kau-manusia biasa.
Sebagai bukti, kuciptakan untukmu sastra fiksi itu, artinya memang rekaan, angan angan dan bukan berdasarkan kenyataan. Tapi maknanya ini nyata.
-Untukmu setetes embun pagi cantik di tengah fajarku.
Tentang seorang lelaki gila yang terobsesi dengan adik sepupunya sendiri.
17+
°°°
content warning: smoking, alcohol, abusive language, kissing, promiscuity, dark romance, criminal acts, etc.