Tampan, mapan, sopan; adalah adjektif tepat untuk mendeskripsikan seorang Kadir Lukito Jatmika Parikesit, pria berusia 42 tahun yang masih betah melajang. Kadirㅡbegitu ia biasa disapaㅡmengaku tidak tertarik untuk menikah. Alasannya, "nyusahin," "gak ada untungnya," "gue sendiri aja udah cukup,"ㅡdengan kata lain; individualisme yang teramat tinggi. Padahal kalau ia mau, dia bisa melamar wanita mana saja karena dua poin sudah ia dapatkan; harta dan tahta. Sayangnya Kadir si cuek menepis gagasan itu tanpa syarat. Namun suatu ketika teman-temannya menyebutkan sebuah permintaan yang kompak. Perihal konyol yang ingin Kadir tolak mentah-mentah tetapi terpaksa ia terima lantaran perjanjian purbakala yang belum dilupakan. Yaitu, permintaan untuk mengasuh anak-anak selama 6 bulan! Pun bukan cuma 1 anak, melainkan 9! "Toh, buat apa rumah besar kalau cuma untuk ditinggali sendiri?" "Ya masa gue ngurus Mark, Jeno, Essan, Jeremy, Andy, Konny, Vina, Herin, Lani sendirian?!" "Makanya cari istri biar bisa bantuin ngurus anak!" Lupakan sosok Kadir Lukito Jatmika Parikesitㅡsi pengusaha keren yang jomblo. Karena selama 6 bulan ke depan ia adalahㅡ "PAMAN ITO!" "Iya tunggu, dek."All Rights Reserved
1 part